Slide Title 1

Aenean quis facilisis massa. Cras justo odio, scelerisque nec dignissim quis, cursus a odio. Duis ut dui vel purus aliquet tristique.

Slide Title 2

Morbi quis tellus eu turpis lacinia pharetra non eget lectus. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia Curae; Donec.

Slide Title 3

In ornare lacus sit amet est aliquet ac tincidunt tellus semper. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Senin, 12 Oktober 2020

Selamat Datang

Mahasiswa Baru Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Parepare 2015

Dengan penuh rasa syukur dan bangga, kami sampaikan ucapan selamat datang kepada  mahasiswa baru STAIN Parepare Tahun akademik 2015/2016. Ini merupakan satu kesyukuran kami, dan kami meyakini bahwa kehadiran Anda semua adalah pilihan terbaik yang telah dirancang dalam skenario Allah SWT. Semoga apa yang telah dipilihkan oleh Allah ini, menjadi pintu bagi kemuliaan kehidupan Anda, menjadi jembatan yang menghubungkan Anda dengan keberhasilan hidup, dan menjadi sarana bagi Anda untuk menjadi sosok yang dibangggakan oleh keluarga, masyarakat dan lingkungan Anda.

Pada saat memasuki kampus, mahasiswa menjadi bagian dari civitas akademika atau masyarakat ilmiah. Bersama para dosen serta sesama mahasiswa Anda akan berinteraksi, saling asah, asih dan asuh untuk menemukan jati diri dan mengembangkan segala potensi. Empat atau lima tahun ke depan, akan sangat menentukan masa depan Anda. Anda akan memiliki kawan-kawan baru yang terbawa sampai tua, Anda akan memiliki gelar yang melekat sampai akhir hayat. Anda akan memiliki segudang pengalaman sebagai bekal  menghadapi hari depan. Dan tidak sedikit pula yang mungkin akan menemukan teman yang menjadi pendamping hidup.

Memasuki kehidupan kampus, identik dengan idealisme dan mimpi-mimpi. Idealisme mengenai lingkungan sekitar, tatanan regional, serta kondisi global harus dimiliki oleh mahasiswa. Mahasiswa hendaknya memiliki rasa ingin tahu yang besar, wawasan yang luas,  dan sikap kritis.  Mereka selayaknya selalu melihat peluang dan sisi-sisi kehidupan yang bisa ditingkatkan dalam segala aspek. Inilah ciri mahasiswa yang “sehat”, yang sering diumpamakan dengan seekor ikan yang selalu berenang menentang arus air, bahkan berloncatan ketika ada air terjun yang menghalanginya berenang ke hulu. Hanya ikan yang sakit yang tidak bergerak dan berenang mengikuti arus air. Tentu saja hal ini harus ditunjang oleh kemampuan membawa diri dan berkomunikasi, sehingga orang lain akan terkesan dengan gagasan yang ditawarkan.

Idealisme terhadap dunia luar, harus dibarengi dengan mimpi-mimpi tentang pribadi di masa depan. Saat awal menjadi mahasiswa adalah waktu yang tepat untuk mulai menyusun peta hidup. Setiap mahasiswa hendaknya memiliki bayangan kapan ia akan lulus, dengan predikat semacam apa, kapan ia akan mulai berkarir, berrumah tangga, dan seterusnya. Dalam hal ini, mimpi itu laksana doa. Bukankan Allah sendiri menyatakan “Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku terhadap-Ku”.

Setiap orang,  dan tentunya setiap mahasiswa berhak atas kesuksesan dan kemuliaan hidup di masa depan. Setiap orang oleh Allah diberikan potensi yang relatif sama, dan juga kesempatan yang sama, yaitu 24 jam dalam sehari. Yang membedakan antara satu orang dengan orang lain, lebih terletak pada sikap hidup, dan kebiasaan untuk selalu bersungguh-sungguh dalam memanfaatkan kesempatan. Selain itu juga kemampuan menjadi  pribadi yang baik dan mengesankan bagi orang lain. Kata-kata bijak  mengatakan “Di  dunia ini tidak ada jaminan bagi kesuksesan, yang ada hanya peluang”.  Oleh karena itu mahasiswa hendaknya memanfaatkan benar peluang yang telah diberikan oleh Tuhan ini.  Dalam hal ini, cobalah ikuti kata-kata bijak dari Arthur Ashe; “Start where you are.  Use what you have, and Do what you can”.

Selamat datang mahasiswa baru. Selamat Berproses, Selamat Bermimpi, Selamat Berjuang dan Selamat Menjadi Insan Akademis, Semoga dapat Menjadi Kader Umat dan Kader Bangsa demi Mewujudkan Masyarakat Adil Makmur Yang Diridhai Allah SWT. Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu bagi masa depanmu. Dekatkan selalu jiwamu dengan Sang Khaliq, agar Dia  selalu membimbingmu. Doa dan ikhtiar kami menyertaimu. Insya-Allah kelak kamu sekalian akan menjadi mutiara-mutiara di tengah masyarakat yang menunggumu.
Amiin
Salam Silaturahmi, DEMA STAIN Parepare
Baca SelengkapnyaSelamat Datang

Rabu, 04 November 2015

Betapa lemahnya legitimasi nilai pendidikan di negara kita. (sarjana kok rampok?)

Sebenarnya,
Saya tidak tau apa-apa, tapi ini menurut saya...
Bisa jadi salah-satu kemungkinan jawaban,
Atau kita sebut sebagai alasan penyebab,
kenapa situasi demoralisasi bangsa kita ini,
sampai sedemikian parahnya, itu mungkin saja
karena faktor-faktor terpenting dalam kehidupan manusia
memang tidak ada sekolahnya, tidak ada kelasnya,
tidak ada ruang kuliahnya, tidak ada kurikulumnya,
tidak ada jam kuliahnya,
misalnya rumah tangga atau keluarga,
tidak ada fakultas rumah tangga, tidak ada jurusan perkawinan,
yang ada adalah pendidikan seks, itupun tidak ada urusannya,
dengan masalah psikologis dan rohaniyah,
apalagi dengan syariat atau akhlak,
rumah tangga itu tidak ada sekolahnya,
padahal setiap orang harus berumah tangga,
kebaikan tidak ada sekolahnya,
padahal semua orang diperlukan untuk baik,
akhlak tidak ada sekolahnya,
padahal apa jadinya dunia ini
kalau tidak ada orang yang berakhlak,
apakah dikurikulum-kurikulum pelajaran sekolah
atau mata kuliah perguruan tinggi, guru-guru, dosen dan professor,
tidak pernah menyebut-nyebut pentingnya ketentraman rumah tangga,
kedewasaan suami istri, kebaikan hidup atau moralitas,
Pesoalan etika kita dalam berkata dan bertindak,
Masalah kesopanan dan keshalehan hidup..
Bagaimana kita berlaku kepada orang tua,
Bersikap kepada siapa saja, mengenai apa saja
Apakah memang tidak pernah?
Bukannya tdak pernah,
tapi tidak pernah diposisikan secara primer,
moral dinomor sekiankan, 
akhlak didudukkan di bangku paling belakang,
kebaikan seolah tidak begitu penting dan menjadi urusan belakangan.
Anda seorang sarjana, kemudian mengajar disalah satu universitas,
kemudian anda ketahuan mencuri motor,
anda hanya akan mendapatkan hukuman separuh,
yaitu anda di pecat atau dikeluarkan dari kampus,
itupun bukan karena persolan moral
atau kejahatan yang telah anda perbuat,
tapi mungkin hanya karena soal malu,
masa’ ada dosen yang mencuri motor,
tapi dosen dan sarjana yang mencuri motor ini,
tidak akan pernah dicabut gelar kesarjanaannya,
ia mencuri motor, di pecat, ia tetap sarjana
anda professor, anda memperkosa orang, anda tetap professor,
anda doktor, anda korupsi, anda tetap doktor,
Anda S. Pdi, S.HI, S. Kom, M. Ag, M.Pd, dan seterusnya
Anda merampok atau membunuh dan sebagainya,
Anda tetap sarjana, Anda tetap S. Pdi, M. Ag, M.Pd, dan seterusnya..
betapa lemahnya legitimasi nilai dari sekolahan-sekolahan
dari universitas-universitas, perguruan tinggi
yang selama ini kita bangga-banggakan..
Kayaknya itu yang sedang terjadi di negeri ini...


Baca SelengkapnyaBetapa lemahnya legitimasi nilai pendidikan di negara kita. (sarjana kok rampok?)

Minggu, 01 November 2015

Wisata Alam (Surga Sang Petualang) Part 1



Air Terjun Barambang

http://demastainpp.blogspot.com/2015/11/wisata-alam-surga-sang-petualang-part-1.html

 

Air-terjun-Barambang-sinjai  

Foto by: Chaerum


Salah satu tempat yang menawarkan kesejukan adalah air terjun Barambang, terletak di kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Untuk sampai di tempat itu kita harus menempuh jarak sekitar 10-20 km menuju Sinjai Borong dari jalan poros Tanete-kota Sinjai. Akses menuju tempat tersebut lumayan berkelok-kelok dan jalanan sempit, namun pemandangan sepanjang jalan akan membuat kita lupa untuk mengeluh, karena jalan yang dilewati penuh lubang yang siap mengayun kita di atas kendaraan. Jika ingin berhadapan langsung dengan air terjun dan merasakan bulir-bulir air menyapa kulit, kita harus menuruni tangga yang lumayan tinggi, orang sekitar biasa menyebutnya tangga seribu. Mungkin karena tingginya dan menguras tenaga untuk melewati tangga itu sehingga tangga seribu adalah kata yang pas untuk menggambarkan kondisi tersebut.

Air Terjun Parangloe



Banyak penikmat wisata alam mengatakan air terjun Parangloe merupakan air terjun yang paling indah di Sulawesi selatan karena memiliki karakteristik air terjun yang bertingkat dengan susunan batu yang menarik. Tempat ini masih sangat alami dan masih jarang orang yang berkunjung. Untuk sampai dilokasi harus melewati jalan berbatu dan menuruni jalan setapak yang lumayan terjal.

Air terjun ini berada di kabupaten gowa, kecamatan parangloe sulawesi selatan, tidak jauh dari jalan poros Makassar-Malino dan berjarak kurang lebih 25 kilo meter dari kota Makasar.


Air Terjun Tombolo Pao

paopao-Gowa

http://demastainpp.blogspot.com/2015/11/wisata-alam-surga-sang-petualang-part-1.html
   
Air Terjun Tombolo Pao – Gowa 

Air Terjun Tombolo Pao biasa juga disebut Air terjun Bantimurung Gallang. Terletak di kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa, Sekitar kurang lebih 10 kilometer dari Kota Malino. Air Terjun ini sangat indah dan mudah untuk diakses. Meskipun belum begitu terkenal, sehingga masih jarang orang yang berkunjung kesana akan tetapi Air Terjun ini memiliki keindahan alam yang bisa diandalkan. Untuk menuju lokasi bisa ditempuh dengan kendaraan darat hingga 100 meter dari pusat air terjun. kita tidak perlu jauh berjalan kaki untuk menikmati hembusan angin dan air jatuh yang sejuk. dari Poros Malino hingga Tombolo Pao akses jalan aspal yang baik meskipun sedikit sempit dan berkelok kelok, dan masuk ke lokasi air terjun sekitar 400 meter menurunu jalan pengerasan yang telah diratakan.

 Pantai Punaga
 
Pantai-Punaga 
Pantai Punaga – Takalar

Pantai Punaga dengan keindahan laut alami yang biru dan jernih, pohon yang rindang disekitar pantai, menjulang dan tumbuh di antara bebatuan membuat angin yang berhembus selalu terasa sejuk.  Konstruk pantai yang bervariasi membuat pantai punaga lebih eksotik, disisi kiri pantai berkonstruk hamparan pasir dengan butiran butiran yang indah, dan disisi lain berkonstruk bebatuan. Untuk sampai di pantai punaga, kita menempuh jarak sekitar 20 KM dari kota kabupaten Takalar, jalan yang mudah diakses oleh kendaraan darat meskipun sedikit sempit dan berlubang, serta melewati hamparan daratan yang kuning akibat kekeringan dimusim kemarau. Pantai punaga sendiri diambil dari nama desa setempat, Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Lokasi tersebut sudah mulai mendapat perhatian dari pemerintah setempat, terlihat dari beberapa pembangunan yang mulai dilakukan, pembuatan fasilitas umum, tempat beristirahat di sekitar pantai punaga ini. Pengunjung pun terlihat ramai saat waktu libur, meskipun belum seramai tempat wisata yang sudah terkenal lainnya.

Pantai Samboang

semboang-Bulukumba  
Pantai Semboang – Bulukumba

Pantai semboang terletak di desa Ekatiro, kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba. Pantai ini dikelilingi oleh bukit yang hijau. Dengan pasir yang putih menambah keindahan tempat ini, tetapi karena belum mendapat perhatian lebih dari pihak pemerintah sehingga keindahan sedikit terganggu oleh sampah dari laut yang terdampar di pinggiran pantai. Di tempat ini kita bisa menyaksikan langsung matahari terbit, akan tetapi tidak bisa menyaksikan matahari tenggelam atau sunset karena terhalang oleh bukit. Menurut warga sekitar, jika kita berjalan dipinggiran pantai ke arah barat maka akan tembus ke pantai bira. Meskipun sedikit jauh, pantai semboang terhubung langsung dengan pantai Bira. Dari segi keindahan pantai dan pasir yang putih sedikit memiliki kesamaan dengan pantai Bira. Tempat ini ramai dikunjungi pada waktu libur, sebagian dari warga bulukumba sendiri yang ingin mencari suasana baru menikmati wisata pantai.

Source : Sempugi.org
Baca SelengkapnyaWisata Alam (Surga Sang Petualang) Part 1

Wisata Alam (Surga Sang Petualang) Part 2

Fun Camp di Lembah Ramma Gunung Bawakaraeng

#Talung merupakan salah satu Panorama alam Lembah Ramma yang mampu mensugesti petualang yang menjejakinya. 
Talung merupakan salah satu Panorama alam Lembah Ramma yang mampu mensugesti petualang yang menjejakinya. 

Beragam keindahan alam di anugrahkan Tuhan  untuk bumi Sulawesi Selatan mulai dari hamparan jajaran pulau (keindahan bahari) hingga gunung-gunung yang menjulang tinggi yang dilengakpi dnegan lemabah hijaunya  yang tersebar di berbagai daerah. Salah satunya yakni Lembah Ramma Gunung Bawakaraeng Kabupaten Gowa dengan ketinggian 1600 Mdpl. 

Letak geografis wisata gunung ini pun tergolong strategis dari pusat kota Makassar yakni mampu ditempuh  dengan dua mangment perjalanan diantaranya Makassar-Desa Tinggi Moncong (Kampung lembanna Kaki Gunung Bawakaraeng) atau Makassar-Desa Panaikang Kabupaten Gowa dengan waktu tempuh masing-masing kisaran dua jam. 

Untuk jalur pendakiannya pun dapat dilewati dengan dua jalur yakni Kampung Lembanna-Lembah Ramma  dengan durasi waktu pendakian kisaran empat jam  dan untuk Desa Panaikang-Lembah Ramma memakan waktu pendakian kisaran dua Jam. Dan kedua jalur pendakian tersebut, masimg-masing memiliki tantangan tersendiri.

Panorama alam yang di tawarkan pun amatlah indah nan hijau, sebab pada setiap ruas jalur pendakian wisatawan akan disuguhkan dengan keindahan hutan lumut, aliran air sungai nan jernih dan hamparan pepohonan yang berdiri menjulang tinggi dengan hijaunya.

Selain itu, wisatawan akan terpengagah menyaksikan ciptaan Tuhan tepatnya di Talung, sebab di lokasi tersebut wisatawan akan menyaksikan  keindahan Gunung Bawakaraeng yang menjulang tinggi dengan hamparan panorama karpet  hijaunya yang diselimuti dengan kabut-kabut  tebal di hiasi dengan langit biru.
Menariknya lagi, panorama alam yang di tawarkan Lembah Ramma pun semakin lengkap dengan  adanya danau yang airnya amatlah jernih dan tenang, aliran sungai pegunungan serta  air terjun. Dilokasi ini wisatawan dapat melakukan aktivitas alam seperti Fun Camp, Out-Bond serta Memancing dan lainnya.

1907970_793108790730370_409461653994068035_n 

Tidak hanya itu, di Lembah Ramma ini, penggiat alam bebas kerap menggelar kegiatan dalam rangka memeringati moment penting nasional seperti upacara peringatan HUT RI 17 Agustus, Upacara peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober  Konservasi (Hari Bumi), Fun Camp Mother Day, Diklatsar UKM serta masih banyak lainnya.

Dan pada kesempatan ini, team Jelajah Sulawesi bersama ribuan pendaki dari berbagai kapasitas pecinta alam yang tersebar dari berbagai daerah memeringati moment Sumpah pemudah yang jatuh tepat 28 Oktober.

Air Terjun Latuppa

air-terjun-Latuppa-palopo 
 Air Terjun Latuppa – Palopo 

Kota palopo, menyimpan pesona alam yang indah dan dekat dengan pusat kota.
Sekitar 7 kilo meter dari kota palopo, kita bisa menjumpai panorama alam yang indah, sejuk dan menawan, air terjun Latuppa, yang berada di Kelurahan latuppa, kecamatan wara, kota palopo. Untuk menuju kesana tidak begitu susah, bisa menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat dengan akses jalan yang lancar meskipun sedikit sempit. Jika memasuki kelurahan latuppa, sepanjang jalan sebelah kiri akan terus kita jumpai sungai dengan bebatuan yang airnya merupakan aliran dari air terjun latuppa itu sendiri. Sampai di gerbang masuk air terjun latuppa, kendaraan di parkir dan kita berjalan kaki sekitar 200 meter, cukup dekat, dengan akses yang mudah dilewati.

Setiap hari libur, tempat ini sering dikunjungi oleh orang sekitar ataupun mereka yang ingin berwisata bersama keluarga atau teman. Lokasi ini pun mulai dibangun oleh pemerintah setempat, akses jalan sudah diperbaiki, menyediakan tempat beristirahat seperti gazebo dan fasilitas umum lainnya. Meskipun belum seramai tempat wisata pada umumnya yang sudah terkenal, tetapi air terjun latuppa bisa menjadi objek wisata alternatif, mengingat lokasi ini memiliki keindahan alam dengan akses yang mudah dan dekat dari kota palopo.

Air Terjun Bissapu 

Air-terjun-Bissapu-Bantaeng  
Air Terjun Bissapu – Bantaeng

Sekitar 125 kilo meter dari kota makassar, melewati kabupaten Gowa, Takalar dan Jeneponto, menyusuri pesisir laut selat makassar hingga sampai di kota Kabupaten Bantaeng. Dari perbatasaan bantaeng-jeneponto hingga perbatasan bantaeng-bulukumba kita akan terus menyaksikan keindahan birunya laut, daerah ini adalah daerah pesisir pantai, tapi bukan itu saja, jika berdiri di jalan poros trans sulawesi, di kanan jalan adalah hamparan laut biru sedangkan di kiri jalan hamparan gunung yang hijau. Di pinggiran gunung yang hijau inilah terdapat kesejukan alam Air Terjun Bissapu. 

Dari jalan poros makassar-bantaeng, lokasi air terjun ini hanya berjarak 5 kilo meter, tepatnya di desa Bonto Salluang, Kecamatan Bissapu, Kabupaten Bantaeng. Cukup dekat dan dapat diakses oleh kendaraan darat dengan mudah. Dari gerbang tempat memarkir kendaraan ke lokasi air terjun hanya berjarak sekitar 200 meter. Sangat mudah untuk menyaksikan keindahan air terjun bissapu ini. Air Terjun Bissapu dengan ketinggian kurang lebih 70 meter memiliki debit air jatuh yang cukup deras. Ini menandakan sumber mata air dari air terjun Bissapu cukup besar. Sepanjang aliran sungai air terjun Bissapu ini terhampar bebatuan yang cukup besar, sangat pas sebagai tempat beristirahat, duduk bermain dengan air yang dingin dan menyaksikan keindahan alam sekitar yang dikelilingi oleh pohon yang rindang, udara yang sejuk dan suara gemuruh air akan membuat para pengunjung untuk betah bersantai di sana.

Pulau Badi; Eksotisme dari Spermonde

pulau badi pangkep

sebuah kapal mesin bertolak dari Pelabuhan Paotere. Meninggalkan dermaga yang diisi deretan kapal rakyat yang menepi. Tujuannya adalah Pulau Badi’. Deru mesin kapal membawa puluhan penumpang menuju pulau di perbatasan Kabupaten Pangkep dan Makassar ini. Langit cerah merekam puluhan warga bersama puluhan warga dengan tujuan yang sama, kami akan menyambangi pulau yang menjadi wilayah konservasi terumbu karang terbesar di dunia ini. Kapal penumpang kemudian bertolak pada pukul 11.30 Wita meninggalkan pelabuhan rakyat Paotere‘ Makassar.

Letak geografis pulau Badi’ berada dalam Kabupaten Pangkaje’ne Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan. Sebagai salah satu pulau dalam gugusan Kepulauan Spermonde, Pulau Badi’ belumlah akrab di telinga masyarakat. Ketika menyebutnya dalam status BBM, masuklah pesan beruntun yang menanyakan keberadaan pulau tersebut. Dari penduduk Makassar sendiri hingga penduduk Pulau Jawa.

Kapal Mesin yang dioperasikan oleh warga Pulau Badi’ pun menepi tepat pukul 13.00 Wita di dermaga. Kami disambut pantulan hijau dan birunya air laut. Semakin dekat ke bibir pantai, pasir putih di dasar laut semakin terlihat jelas. Snorkling di sekitar dermaga bisa menjadi pilihan menyenangkan. Belum lagi rapatnya terumbu karang di pulau ini. Bagi penikmat diving, ini serpihan surga yang terselip lautan.

Air Terjun Ketemu Jodoh
 
Air-terjun-ketemu-jodoh-parigi 

Lokasi air terjun ini hanya dipisahkan oleh ruas jalan yang menuju ke Desa Majannang, Kecamatan Parigi. Menurut masyarakat sekitarnya air terjun ini dipercaya dapat memberikan kemudahan bagi setiap orang yang datang untuk bermandi sembari berniat untuk mendapatkan jodoh dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Eksotika Sanrobengi Island di Takalar

DSC_0061 

Destinasi wisata bahari Pulau Sanrobengi merupakan sebuah pulau kecil berpasir putih yakni berukuran kisaran 800 meter persegi. Tepatnya terletak di Desa Boddiya Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan.

Jaraknya pun tergolong strategis dari pusat kota Makassar yakni mampu di tempuh kisaran 60 menit. Adapun jarak tempuh pelabuhan Boddiya ke Pulau Sanrobengi dapat ditempuh kisaran 20 menit dengan berkendara perahu tradisional Jolloro (Katinting) dengan biaya Rp20.000 (PP).

Keindahan alam yang disuguhkan pun mampu memberikan kenyamanan tersendiri bagi wisatawan yakni hamparan pasir putih, alam bawah laut yang nan jernih dan indah serta dilengakapi dengan  fasilitas outbond yang memadai. Olehnya  itu wisatawan  dapat melakukan berbagai kegiatan baik di laut maupun di dataran pulau tersebut dengan di lengkapi fasilitas yang memadai seperti halnya Snorkeling, Diving, Outbond (fling fox, jembatan gantung, ayunan ban Kids, gazebo dan lain-lain).

Selain itu, wisatawan pun mampu menyaksikan berbagai bangunan unik seperti sumur tua masih berdiri kokoh meski dipenuhi dengan tumbuhan menjalar serta kesan spooky akan semakin terasa karena tak jauh dari bangunan tua tersebut wisatawan dapat menemukan beberapa kuburan manusia.

Menariknya lagi musti bangunan tersebut mengandung unsur mistik namun karena alamnya masih terjaga dengan baik maka dijamin wisatawan akan tetap merasa nyaman dan tentram serta di suguhkan pun dengan jajaran rumah tradisonal warga yang hanya berjumlah lima rumah.

Tidak hanya itu, beberapa fasilitas wisata pun telah tersedia menyambut kedatangan wisatawan. Salah satunya, Sanggar Nelayan yang menyediakan beberapa bangunan baru termasuk gazebo, panggung kesenian yang bisa digunakan pengunjung untuk beristirahat ataupun mengekspresikan jiwa seninya serta dilengkapi dengan wahana permainan anak-anak yang tentunya juga dapat memberikan kenyamanan dan keceriaan pada wisatawan cilik dalam hal ini pada wisata keluarga.

Source : Sempugi.org




Baca SelengkapnyaWisata Alam (Surga Sang Petualang) Part 2

Eksotisme Bulu Saraung



Untuk mencapai lokasi yang berada di kaki puncak Bulusaraung, kita hanya perlu mendaki sekitar dua hingga tiga jam saja. Track yang terjal pun tidak terlalu panjang dan relatif tidak terlalu ektrim, kecuali dalam kondisi basah, tentu kita harus lebih berhati-hati karena kondisi track yang licin.
Gunung Bulusaraung  adalah salah satu destinasi wisata yang wajib masuj dalam daftar list para pecinta wisata alam, dengan tinggi 1353 mdpl. terletak da di desa Tompo Bulu kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Lokasi ini juga merupakan bagian dari Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

img_6357

Untuk mencapai titik awal lokasi pendakian gunung ini, kita bisa menggunakan kendaraan darat baik sepeda motor ataupun mobil dengan durasi tempuh sekitar dua setengah jam dari kota Makassar. Bagi yang ingin merasakan pendakian dengan durasi tempuh yang relatif singkat dan tidak terlalu menguras stamina, gunung Bulusaraung merupakan salah satu pilihan bijak.

Untuk mencapai lokasi camp yang berada di kaki puncak Bulusaraung, kita hanya perlu mendaki sekitar dua hingga tiga jam saja. Track yang terjal pun tidak terlalu panjang dan relatif tidak terlalu ektrim, kecuali dalam kondisi basah, tentu kita harus lebih berhati-hati karena kondisi track yang licin.

Dari puncak Bulusaraung – apalagi jika kondisi sedang tidak berkabut, kita bisa melihat jejeran pegunungan karst Pangkep – Maros yang sangat indah dengan beberapa puncak karts yang unik. Sekedar informasi, pegunungan karts yang ada di daerah ini merupakan pegunungan karts terbesar ke-2 di dunia setelah China. Dan jika beruntung, di sekitar camp kita juga bisa menyaksikan secara langsung monyet-monyet liar beraksi di puncak pohon yang menjulang di sekitar tenda kita.. (aghier)

#sempugi #exploresulsel #explorenusantara #kamerapetualang

Source : http://sempugi.org/eksotisme-bulu-saraung/
Baca SelengkapnyaEksotisme Bulu Saraung

“Arung Nepo, Pemimpin Impian”

 
DSC_0252
Haeruddin dan Arung Nepo

Dulu aku pernah menjadi budaknya masyarakat di sini, sewaktu aku masih menjabat sebagai anggota dewan kabupaten Barru. Setiap tanggal penerimaan gaji, warga Nepo dari berbagai profesi selalu berkumpul di depan kantor menugguku! guna meminta gaji yang aku terima, jadi terkadang aku tidak membawa pulang uang satu lembar pun pulang ke rumah, “tutur Arung Nepo.

Hah!? Aku sampai tidak percaya mendengarkannya. Sungguh mulianya Arung Nepo sebagai pemimpin adat yang dulunya sempat menjabat sebagai anggota DPRD, ia rela memberikan gajinya selama ia menjadi anggota DPRD. Entah masih adakah di negri ini pemimpin seperti beliau!?

Fung Datu sapaan masyarakat kepada Arung Nepo, beliau orangnya sangat sederhana sehingga amat dicintai oleh warga Nepo. Rumah panggung tempat ia tingggal pun begitu sederhana, rumah yang sudah berumur puluhan tahun dihiasi perabot rumah yang tidak mewah seperti lemari, kursi tamu, hiasan dinding dan lainnya. Rumah itu diwariskan dari generasi ke genarasi, masyarakat Nepo menyebutnya Soraja (tempat pemukiman raja) “bisik temanku Eka.

Tidak susah untuk menemukan Soraja Nepo, karna letaknya tapat berada di samping sudut lapangan kecamatan Mallusetasi kabupaten Barru dan yang luar biasa adalah hingga sekarang rumah itu belum pernah direnopasi sehingga nilai sejarah dan kebudayaannya masih terjaga.

******

Ini kali pertama aku bertemu dengan pemimpin seperti itu, tak henti degub jantungku karna kekaguman kepada kepribadiannya yang begitu sederhana, sangat berbeda dengan kehidupan para pemimpin politik Negara ini yang hidup penuh kemewahan menggunakan fasilitas Negara misalnya rumah, mobil, belum lagi tunjangan yang lain.

Aku pernah berpikir bahwa pemimpin seperti beliau hanya ada dalam mimpiku dan sekarang aku menyaksikan sendiri di depan mataku, betapa bahagiannya aku bisa bertemu dengan pemimpin impianku. Hhm, Seperti apa pemimpin yang kalian impikan?

Ada cerita menarik yang sempat ia sampaikan. “Di desa Nepo sekitar 7 km dari soraja terdapat situs budaya Bujung Mattimboe, Bujung Pulawengnge, Bujung Mekkatowangnge. Masing-masing situs tersebut mempunyai cerita tutur yang dikeramatkan, seperti Bujung Pulawengnge, dulu jika ada seorang remaja laki-laki/perempuan yang belum menikah-menikah karna belum dapat jodoh maka ia akan pergi mandi di sana agak kelak bisa menemukan jodohnya, “ujar Fung Datu dengan senyum sederhananya yang khas. “Refleks, aku tertawa kecil mendengarkan Fung Datu menyampaikan cerita itu.

Kusempatkan diri untuk datang lansung ke salah satu situs tersebut yaitu Bujung Mattimboe bersama kawanku Eka dan Rafiq, kami diantar oleh cucu Fung Datu kesana. Bujung Mattimboe merupakan genangan air terjun dengan dinding batu yang amat besar sehinnga terlihat seperti gua. Walaupun ukurannya kecil tapi gua itu bisa memuat sekitar sepuluh orang.

Tak mau rugi, aku beserta eka dan cucu Fung Datu mandi di Bujung Mattimboe, sementara kawanku rafiq sibuk mendokumentasikan kami dan situs budaya tersebut. Pengennya sih mau ke Bujung Pulawengnge tapi akses jalan sangat susah dan letaknya juga sangat jauh karna aku ingin sekali menguji kebenaran dari keramat cerita tutur Bujung Pulawengnge. Hhhe.

Nepo memiliki begitu banyak kekayaan situs sejarah dan budaya tapi aku tidak sempat untuk mengunjungi semuanya, mungkin kedepan aku harus meluangkan lebih banyak waktu untuk mengetahui lebih jauh misteri-misteri yang tersembunyi di Nepo. Dan dari pengalaman di Nepo aku sangat bermimpi, agar kelak bisa melihat pemimpin seperti beliau “Arung Nepo” bisa mengisi kursi-kursi pemerintahan RI.

Source : http://sempugi.org/arung-nepo-pemimpin-impian/
Baca Selengkapnya“Arung Nepo, Pemimpin Impian”

Air Terjun Padang Lampe “Sepotong Surga” di Kabupaten Barru


Selain keberagaman suku ,  budaya serta adat istiadat, Sulawesi selatan juga mempunyai banyak potensi objek wisata yang eksotis ,  salah satunya adalah air terjun .
Terletak di kecamatan Balusu, Kabupaten barru,  air terjun padanglampe takkalasi memberikan pemandangan yang mempesona dengan susunan tebing yang terpahat indah.

dari lembah


Untuk melihat pesona keindahan kawasan air terjun ini , berjalan kaki menelusuri hamparan sawah yang berbentuk terrace , mutlak harus dilakukan kurang lebih  sekitar 15 menit, setelah itu kita harus menyiapkan tenaga ekstra  untuk melakukan penanjakan  menuju   perbukitan yang melewati ladang-ladang warga , sepanjang perjalan anda akan disuguhkan. View  hamparan ladang dan  sawah serta pemukiman warga di kaki bukit.   Jangan kuatir perjalanan ini ditempuh cukup singkat koq , dan semua iu nanti akan terbayar saat anda menemukan “ sepotong surga “ yang berupa aliran air terjun  yang eksotis.

spot 7


Nah bagi Anda yang ingin berwisata dan berpetualang di surga kecil ini , sebaiknnya anda mulai di pagi hari , karena lokasinya yang masih sangat natural di area bukit dan lembah ,  tentu saja belum tersedia  penginapan, jadi jika punya rencana untuk bermalam disana membawa alat sendiri  adalah solusi terbaik.
Di Lokasi ini terdapat  8 spotview  waterscape, setiap titik punya keindahan tersendiri , jangan salahkan saya jika anda merasa betah berlama-lama bermain air sesekali jangan lupa bersyukur , karena tuhan telah menitipkan keindahan kecil ini .

spot 5


Jika anda penasaran dengan tempat ini dan mau mencoba untuk mengekplorasinya , bisa anda lakukan  jarak tempuh sekitar 137 km ke arah utara  Kota Makassar, atau jika memungkinakan kami dari Tim SEMPUGI dengan senang hati akan menemani bersama menuju lokasi.

spot 5 dari atas


Sebagai penutup saya hanya bisa bertanya  ? kemana kah anda selama ini ? sehingga melewatkan begitu banyak tempat yang eksotis.

Source : http://sempugi.org/sepotong-surga-di-barru/
Baca Selengkapnya Air Terjun Padang Lampe “Sepotong Surga” di Kabupaten Barru

Teks Perjanjian TellumpoccoE



Perjanjian TellumpoccoE, adalah sebuah koalisi politik dan militer yang terdiri dari Bone, Wajo dan Soppeng. Koalisi ini terbentuk sekitar tahun 1580an sebagai jawaban atas invasi militer Gowa ke lembah WalennaE. Perjanjian TellumpoccoE dilakukan di Timurung dan disebut juga AllamungpatuE ri Timurung. AllamungpatuE berarti penanaman batu. Dalam tradisi Bugis dahulu, perjanjian dilakukan dengan menanam batu sebagai simbol bahwa ikrar itu tidak berubah sebagaimana batu didalam tanah.

Perjanjian TellumpoccoE adalah perjanjian yang menjadikan ketiga negara kerajaan sederajat. Kesejajaran tersebut disimbolkan dengan saudara.

Bone sebagai kerajaan terkuat disebut sebagai saudara tua, Wajo saudara tengah dan Soppeng sebagai saudara bungsu. Bone diwakili Arumpone La Tenrirawe Bongkangnge MatinroE ri Gucinna. Wajo diwakili Arung Matoa La Mungkace To Uddamang MatinroE ri Kananna. Dan Soppeng diwakili Datu Soppeng PollipuE MatinroE ri Tanana.

Berikut teks perjanjian TellumpoccoE

“Tanata mattulu parajo, teppettu siranreng sisanre, tessibelleangngi, tessiluppe macekoangngi, makkeda siatepperengi, malilu sipakainge’ki, siala pakaingeng’ki, tessitanjeng alilungngi, tessieddu taneng tanengngi, tessiattaneng tanengngengngi, tessisering roppo roppoi, tessiakkaleng kalengi, tessitangeng tollariwi, tessitangeng topasalai, sirekkokeng to matojoi, silasekkeng tedonglaiwi, tessitonrong atai, tessirebba adekki, tessilawa bicaraiwi, tessipeddeng arajangngi, pada makkadawang risaliwengngi, temmakadawang rilaleng, tessibicara musuki, tennapasisala tobongngo, tenna paggangkaki tokanna, tennabicarai torisaliweng, tessipolo tanjengngi, tessibola warangparangngi, siwerengngi anu malaletta, tessipakkeane tawangngi, tessiwawai riteata, tessielli atai, tessiateppekengngi dekko engka akkedadangetta natania suro ri bate mpawai, tomateppettu mate nalai tedong mauni ane arummuna, siatuo bakke manukki, nange siampae ki, malemme siewangngi, mali siparappekki, padai madeceng padai majaa, pada mate pada tuo, tennanre api, tennawa nawa ja tana, tennatiwi tomate assiajinginna tanata mau maruttung langi’e mawoto paritiwiE, temmalukka to asseajingenna tanata. Nigi nigi mpelai uluada mareppa pinceng maressa ittello tana tudangenna, nasabbi Dewata SeuwaE”

Sumber : Kroniek Van Wadjo
http://sempugi.org/teks-perjanjian-tellumpoccoe/
Baca SelengkapnyaTeks Perjanjian TellumpoccoE

Pesan To Manurung Nene Matindo Dama


To Manurung Nene Matindo Dama enrekang (duri) setelah menyetujui permintaan dari rakyatnya untuk mengangkatnya sebagai pemimpin.

Pertama : Danggi lalo mieloranni to tau landuppa kamasolangan jomai pallawan mi
(jangan kaamu mengharapkan orang lain mendapatkan kesulitan karena perbuatanmu)

Kedua : Danggi lalo mi bali bali to dua pajajian mi
(jangan sekali kali mendurhakai oraang tuamu )


Ketiga : Danggi lalo mi sumbananni to tau sussare
( janganlah kamu menjatuhkan orang yang bersandar)= meminta bantuan

Keempat : Danggi lalo ewai tau talo
( janganlah kamu melawan orang kalah = orang lemah)

Source : http://sempugi.org/pesan-to-manurung-nene-matindo-dama/
Baca SelengkapnyaPesan To Manurung Nene Matindo Dama

Ade’ Tana Yang Tergerus



Adat Bugis (baca ; Wari Pangadereng Maraja) mengamanatkan untuk memuliakan tamu sebagaimana mestinya. Perihal ritual adat penyambutan Raja Kerabat sesama turunan TopapoataE Batara Guru dan Puetta MatinroE ri Naga Uleng sesungguhnya memiliki kaidahnya masing-masing. Demikian pula jika menyambut Raja Sahabat dari Luar Sulawesi ataupun diluar keturunan kedua tokoh yang disebut terdahulu, sesungguhnya memiliki pula tatanan dan aturannya tersendiri yang tak kalah makna pemuliaannya. Karena sesungguhnya hanya “orang mulialah” yang dapat memuliakan sesamanya mahluk dengan sebaik-baiknya.

odangBersumber dari Lontara’ Ade’ Maraja (milik Keluarga Paddanreng Tuwa) mengemukakan dengan tegas bahwa penyambutan dengan tata cara “riwelleri”, “riwata’lawolo”, “ripattuddu’/ripakalEjja’ tana mEnrawE”, “ripasellu’ ri mEnrawE”, Riyangngaruki” dan “ripatudang ri lammimpulaweng” sesungguhnya khusus diberlakukan kepada Raja/Ratu atau Bangsawan Tertinggi dari garis keturunan dari Puetta MatinroE ri Naga Uleng yang memiliki curahan darah dari TopapoataE Batara Guru dengan derajat “bocco” (penuh).

Ade’ Maraja mengatur pula tentang hubungan bilateral antar kerajaan Se-Tana Sempugi dan Kerajaan dari luar pulau Sulawesi dengan azas yang sama, yakni : Siri na PessE. Bahwa “siri tana” ketika dimaknai sebagai “martabat negeri”, maka secara tegas dipersyaratkan kedaulatan adat suatu kerajaan senantiasa dibatasi oleh garis-garis yang pantang kepada siapapun untuk melanggarnya. Antara lain diuraikan disini, sebagai berikut :

  1. Payung Kerajaan (Teddung Lompo) suatu Kerajaan tidak boleh terbuka (dikembangkan) atau berdiri tegak dalam wilayah Kerajaan lain, kecuali itu adalah dalam wilayah “lilina” (taklukannya),
  2. Bendera atau panji (samparaja) suatu kerajaan tidak boleh berdiri atau berkibar dalam suatu wilayah kerajaan lain, kecuali itu adalah dalam wilayah “lilina” (taklukannya),
  3. Pengawal Raja yang berkunjung ke kerajaan lainnya tidak boleh menghunus senjata yang bahkan tidak diperkenankan menyentuh gagang senjatanya, kecuali itu adalah dalam wilayah “lilina” (taklukannya),
  4. Seorang Raja/Ratu pantang melantik seorang raja/ratu negeri lainnya, bahkan sekalipun itu terhadap “lilina” (taklukannya),

Lontara Attoriolong Sidenreng menguraikan, bahwa pada pasca Perang Makassar dalam paruh ketiga abad – 17, tatkala Puetta MalampE’E Gemme’na dan pasukan aliansinya dalam rangka ekspedisi penaklukan Arung Ajatappareng (La Todani Arung Bakke’), beliau beserta pasukannya melewati daerah Parepare (Galung La Maloang). Maka dengan santunnya, Sang Penguasa Tana Ugi ini mengirim utusan untuk menemui Arung Soreang. Lewat utusan itu dimohonkan izin kiranya diperkenankan untuk menancapkan bendera Pusaka Bone SamparajaE sejenak dalam wilayah itu untuk beristirahat. Padahal sesungguhnya, Arung Palakka Petta MalampE’E Gemme’na kala itu adalah Sang Adikuasa Sulawesi Selatan. Namun “Ade’ Sipakatau, Sipakaraja , Sipalebbi na SipakaEnrE’” (adab saling tenggag rasa, saling menghormati, saling memuliakan dan saling meninggikan) ditempatkannya diatas segalanya.

Sejarah Arung Palakka yang fenomenal itu mencatatkan bagaimana Raja Bugis ini sedemikian gigih menegakkan “pessE” (solidaritas) bagi kemuliaan “Ade’ Tana Maraja” Sulawesi Selatan. Beliau mengepung markas pusat Gubernur Hindia Belanda di Benteng Rotterdam, disebabkan “ketersinggungannya” karena Gubernur Boggart berlaku lancang “mencampuri” urusan Kerajaan-Kerajaan di Sulawesi Selatan. Diantara kelancangannya yakni dengan “menobatkan” atau “menegur” raja-raja lokal. Puetta Arung Palakka naik pitam seraya berseru : “Taniapa olomu lao mallanti’ arung ri Tana SElEbEsE !” (bukan kewenanganmu untuk melantik Raja di Tanah Sulawesi !). Beliau mengirim ultimatum ke pusat VoC di Batavia agar Gubernur Boggart dimutasi. Demikian pula jika ada Raja yang ditegur atau dimarahi oleh Belanda, Arung Palakka berseru : “Jangan kamu yang menegur kerabatku, masih ada aku !”. Seakan beliau berkata : Tau Laingmo iko ! (kau Cuma orang luar !)

Beberapa puluh tahun sebelumnya yakni dalam tahun 1644, Somba Gowa Sultan Malikussaid memaklumkan perang terhadap Kerajaan Bone. Maka terjadilah perang besar yang melibatkan kerajaan-kerajaan besar di Sulawesi Selatan. Pada akhirnya, Puetta La Maddaremmeng ArumponE terdesak dan berhasil ditawan di Sanrangan. Terjadilah kekosongan pemerintahan pada Kerajaan Bugis terbesar itu. Hingga kemudian, Ade’ PituE Tana Bone (7 Dewan Adat Kerajaan Bone) menghadap Raja Gowa seraya meminta beliau untuk dinobatkan sebagai Raja Bone. Seketika itu Raja Penakluk ini menolak dengan tegas serta mengingatkan kembali “Ade’ Maraja” segenap Raja-Raja Sulawesi Selatan sejak dahulu kala, yakni : “Tessiala mana, tessiala bicara, pada ripoade’ ade’ta, pada ripubicara bicaratta” (kita tidak saling merebut warisan, tidak saling mengambil hukum, beradatkan adat masing-masing, berhukum-kan hokum masing-masing). Selanjutnya beliau mencoba menawarkan kepada mangkubuminya, yaitu : KaraEng Patinggaloan, namun petinggi Gowa yang terkenal cendekia ini menolak pula. “Silahkan kalian sendiri wahai Hadat Bone menentukan Raja kalian sendiri..”, serunya.

Berselang lebih 1 abad sejak wafatnya Puetta MalampE’E Gemme’na, Kerajaan Tanete tatkala pasca wafatnya Sang Ratu Tanete We Tenri LElEang juga diperhadapkan dengan peristiwa yang sama. Pada suatu ketika Pasukan Raja Bone sedang dalam ekspedisi menaklukkan Barru dengan melewati wilayah Tanete. Mereka tidak memohon izin untuk mengibarkan SamparajaE dalam wilayah Kerajaan Kecil itu, maka terjadilah perang anatara Bone dan Tanete. Kerajaan Tanete yang walaupun menyadari kekuatannya yang tiada apa-apanya dibandingkan Bone, namun tetap jua melawan dengan berani demi penegakan hak “Ade’ Tana” (martabat negeri).

Walhasil pada masa kini, alur sejarah “Ade’ Tana Maraja” bagi Tana Ugi dan Tana Mangkasa kiranya mesti terpuruk jauh dari poros “Ade’ Puraonrona” (Adat Permanennya). Bermula dari niat baik YM. Perdana Menteri Kerajaan Lampung untuk menghidupkan kembali adat istiadat di Sulawesi Selatan ini. Tatkala beliau dengan niat luhurnya aktif mengunjungi wilayah Kedatuan dan lembaga adat di seluruh Sulawesi Selatan, maka para bangsawan-bangsawan Bugis dan Makassar ramai mengiringi beliau. Mereka yang menjadi pengiring itu mengklaim diri sebagai “raja/sultan” dari negerinya masing-masing atas legitimasi Sultan Lampung. Payung Emas Kebesaran Kerajaan Lampung berkembang megah di halaman Balla’ Lompoa. Sementara mereka yang menyatakan diri sebagai Raja-Raja Bugis dan Makassar sedemikian setia mengiringi dengan takzimnya. Kain putih “welle’” lambang kesucian para Manurung di Sulawesi Selatan hendak digelar untuk menjadi “titian” dibawah kaki beliau YM. Perdana Menteri Lampung di Tana Soppeng esok hari (Sabtu, 23/5/2015). Demikian khabar yang saya terima dari penghuni Saoraja MallanroE di Soppeng tadi pagi. Wahai, semangat Arung Palakka dan Sultan Malikussaid telah musnah. “Ade’ agamani riwarekkeng ?” (Adat apa lagi yang dipegang kini ?).

Ini salah siapa ?. Bukan salah siapa-siapa, melainkan kesalahan kita sendiri yang enggan bersatu dengan sejenak meletakkan ego diri masing-masing. Lupa terhadap etos “padaidi’” dan “paraikattE”. Bangga mengenakan busana adat namun sesungguhnya kita enggan menggali dan memaknai adat yang sesungguhnya / *La Oddang

Wallahualam Bissawwab.

Source : http://sempugi.org/ade-tana-yang-tergerus/
Baca SelengkapnyaAde’ Tana Yang Tergerus

Baca Juga :