Ragam Gagang Badik di Sulawesi Selatan/Barat

Di Sulawesi Selatan, Badik (Kawali) merupakan senjata tikam yang menjadi pelengkap lelaki Bugis-Makassar dan Mandar. Banyak filosofi yang melandasinya. Mulai dari pemilihan material besi, proses penempaan, pemasangan (pamussa/panetta) bilah pada gagang/hulu, hingga pembersihan (mattompang).

Kayu yang digunakan pun tidak sembarang. Untuk pangulu (gagang) umumnya jenis kayu palopo/kemuning, kayu kule-kule, dan yang paling dianggap mistis adalah kayu santigi. Sedang untuk wanua (tempat bilah) yang paling digemari adalah aju cenrana (cendana).

Begitu menyatunya badik dalam kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan, sehingga muncul banyak ragam. Mulai dari ragam pamor, bentuk, hingga gagang. Berikut ini beberapa jenis gagang badik yang umum ditemui di Sulawesi Selatan.

 

Ragam Pangulu Kawali

Paling kiri adalah pangulu badik Luwu. Bentuknya tegas dan ada semacam saluran didekat kallasa’nya. Membentuk sudut sekitar 135 derajat antara ujung gagang dengan pangkalnya. Profil gagang membentuk bulat. Ada jenis lain gagang untuk badik Luwu. Pada foto diatas disebut model “Bulu manu” atau bulu ayam. 

Kedua dari kiri adalah jenis pangulu rekko’ yang khas Bone. Membentuk sudut 90 derajat dengan pegangan agak bulat. Ujungnya menghadap kedalam arah bilah. Disampingnya adalah pangulu rekko’ khas Wajo. Bervariasi ada yang membentuk sudut 90 derajat, adapula 135 derajat. Profilnya lebih tipis dan diujungnya menghadap keluar.

Pangulu ketiga dari kiri adalah khas Soppeng. Bentuknya dari Kulu kulu (model kepala burung kakaktua) yang membentuk sudut 90 derajat. Profil tidak membentuk bulatan. Tetapi berbentuk datar. Sedikit berbeda dengan pangulu kulu kulu khas Ajatappareng yang lebih bulat.

Sedang pangulu berikutnya adalah khas Pangkep (ke enam dari kiri). Cenderung lebih pendek. Hampir membentuk sudut 90 derajat. Dibagian lekukan (rekko) cenderung membesar dan bulat. Pangulu khas Sinjai (ke tujuh dari kiri) membentuk sudut 90 derajat dengan profil bulat. Sedang Pangulu khas Selayar (ujung kanan) adalah yang paling unik. Bila dilihat dari samping, membentuk sudut 90 derajat. Bila dilihat dari belakang, membentuk sudut 45 derajat. Hal ini membedakan dengan ragam pangulu yang lain. Dibagian tengah rekko nya, cenderung menipis. Sementara dilekukan atas (pertemuan ibu jari dan telunjuk) terdapat semacam benjolan untuk mencegah terlepas saat pertarungan.

 

Pangulu Cimpolong

Ragam Pangulu berikutnya yaitu Cimpolong. Hampir membentuk sudut 90 derajat dengan profil agak membulat. Mempunyai benjolan kecil dibagian atas lekukan mirip khas Selayar. 

 

Rokko Pasolle

Rokko Pangulu Kaddaro

Pangulu pada Badik khas Makassar membentuk sudut 90 derajat. Jenis pertama disebut Rokko Pasolle, bagian ujung bawahnya tajam. Profilnya agak membulat dan menipis dibagian tengah. 

Pangngulu Rokko Pasolle

Sesuai dengan penyebutan nama ” PASOLLE ” yang berarti ” Petualang, design bentuknya menyerupai untaian kaki manusia. Jenis kedua yaitu Rokko Pangulu Kaddaro, juga memiliki ujung bawah yang tajam. Dibagian tengahnya membulat besar. Pangngulu Rokko Ka’daro. Ka’daro yang berarti Tempurung Kelapa, Jadi bentuk lekuknya ( Rokko’ na) menyerupai lekukan dari sebagian lingkaran tempurung kelapa.

Ka’daro yang berarti Tempurung Kelapa, Jadi bentuk lekuknya ( Rokko’ na) menyerupai lekukan dari sebagian lingkaran tempurung kelapa.

 

Badik Khas Mandar

Sementara, Pangulu pada Badik khas Mandar lebih mirip dengan Bone. Namun yang membedakan adalah sudutnya. Pangulu Badik Mandar membentuk sudut 135 derajat.

Secara umum kesamaan dari semua jenis pangulu ini adalah Rekko/Rokko yaitu ditekuk. Dengan adanya tekukan, maka daya dorong lebih maksimal.

Demikian ragam hulu (pangulu) badik yang umum digunakan di Sulawesi Selatan. Bila ada kekeliruan mohon dimaafkan. Bila ada kekurangan, mohon ditambahkan. Salama’

Terimakasih pada kanda Pattawa polo bisena, Badik Makassar, Herwin Aldy, Ahmad Marsyam atas foto koleksinya.

Source : http://sempugi.org/ragam-gagang-badik-di-sulawesi-selatan/