 Berawal dari tag note dari teman-teman 
facebooker membuat “kecemburuan” dan kemauan kuat saya untuk menulis 
sudah pada stadium akhir, dengan berbekal secuil KEBERANIAN akhirnya 
saya beranikan diri untuk menyentuh tuts dengan lincahnya (pada saat jam
 kerja) sehingga terciptalah catatan kecil saya ini, meskipun catatannya
 sana-sini masih amburadul dan tidak karuan tapi semangat untuk menulis 
akhirnya terlaksana juga. Terus terang sudah lama terpendam dalam diri 
untuk mencoba menulis sebuah catatan, artikel, buku atau semacamnya. 
Bukannya tanpa alasan, karena menurut saya menulis adalah sebuah hobby 
terkeren yang pernah ada, selain itu menurut sebuah penelitian 
mengemukakan bahwa, menulis bisa menghilangkan stress serta 
memperpanjang umur (mudah-mudahan efeknya kelihatan heheeehehe..)
Berawal dari tag note dari teman-teman 
facebooker membuat “kecemburuan” dan kemauan kuat saya untuk menulis 
sudah pada stadium akhir, dengan berbekal secuil KEBERANIAN akhirnya 
saya beranikan diri untuk menyentuh tuts dengan lincahnya (pada saat jam
 kerja) sehingga terciptalah catatan kecil saya ini, meskipun catatannya
 sana-sini masih amburadul dan tidak karuan tapi semangat untuk menulis 
akhirnya terlaksana juga. Terus terang sudah lama terpendam dalam diri 
untuk mencoba menulis sebuah catatan, artikel, buku atau semacamnya. 
Bukannya tanpa alasan, karena menurut saya menulis adalah sebuah hobby 
terkeren yang pernah ada, selain itu menurut sebuah penelitian 
mengemukakan bahwa, menulis bisa menghilangkan stress serta 
memperpanjang umur (mudah-mudahan efeknya kelihatan heheeehehe..)
Yah, berawal dari secuil KEBERANIAN. 
Keberanian memang seharusnya ada pada diri manusia, tanpa keberanian 
seseorang tak akan pernah tahu bagaimana menjalani dan merasakan suatu 
proses. Kata BERANI itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 
berarti mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar 
dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dsb; tidak takut (gentar, kecut). 
Hmmmm… dari pengertian itu bisa disimpulkan bahwa selama ini saya 
berkutat dengan kesulitan untuk menulis karena merasa takut salah atau 
tidak yakin akan diri sendiri serta merasa tidak percaya diri.
Kata BERANI sendiri dalam bahasa Bugis 
disebut WARANI/MATERRU, dalam bahasa Makassar disebut REWA, dalam bahasa
 Mandar dan Toraya disebut BARANI. Tak jarang WARANI sering disematkan 
kepada personal manusia BMMT (Bugis, Makassar, Mandar Toraya), hal itu 
terlihat dari watak manusia BMMT sebagai risktaker di manapun meraka 
berada, tak ketinggalan pula dalam berbagai literatur dan lontrak Bugis 
seringkali disinggung WARANI sebagai perwujudan dari manusia BMMT.
Sebuah pepatah Bugis mengatakan LEBBI’I 
CAU-CAURENGNGE NA PELLORENGNGE yang berarti lebih baik sering kalah 
dariapada penakut, pepatah tersebut menyiratkan bahwa bagaimana pun 
seorang yang SERING KALAH dalam perjuangan hidup pada dasarnya masih 
memiliki semangat juang meskipun lemah, karena ia masih mencoba meskipun
 berluang-ulang mengalami kegagalan. Tetapi seorang PENAKUT sama sekali 
tidak berani menghadapi tantangan hidup dan tantangan orang lain. Senada
 dengan pepatah tesebut salah satu tokoh sejarah terkenal sekaligus 
cendikiawan Bugis ARUNG BILA LAWANIAGA pernah berpesan bahwa :
–Agguruiwi gau’na tau waranié 
énrengngé ampena. Apa iya gauna towaranié seppuloi uwangénna naséuwai 
mua ja’na, jajini aséra décénna. Nasaba’ iyanaro nariaseng ja’na séddié 
malomoi naola amaténgeng. Naékiya mau tau péllorengnge matémuto apa’ 
déssa temmaténa sininna makkényawaé.
Naiya décenna aséraé :
a. Tettakini napoléi karéba maja’ karéba madeceng .
b. De’najampangiwi kareba naengkalingaé, naikiya napasilaongngi sennang ati pikkiri’ madeceng.
c. Temmétauni ripariolo.
d. Temmétauni riparimunri.
e. Tettéyani mita bali
f. Rialai passappo ri wanuaé.
g. Matinuli’i pajaji passurong.
h. Rialai paddebbang tomawatang.
i. Masiri’ toi riyasiri toi ripadanna tau.
Artinya :
Pelajarilah tingkah laku pemberani. Sebab tingkah laku pemberani ada sepuluh macam tetapi cuma satu keburukannya, jadi sembilan kebaikannya. Sebab dikatakan satu keburukannya karma gampang menghadapi maut. Namun demikian penakut pun takkan luput dari maut, sebab tak terelakkan kematian bagi setip yang bernyawa.
Pelajarilah tingkah laku pemberani. Sebab tingkah laku pemberani ada sepuluh macam tetapi cuma satu keburukannya, jadi sembilan kebaikannya. Sebab dikatakan satu keburukannya karma gampang menghadapi maut. Namun demikian penakut pun takkan luput dari maut, sebab tak terelakkan kematian bagi setip yang bernyawa.
Kebaikan yang sembilan itu antara lain :
a. Tak terkejut mendengar kabar buruk maupun kabar baik.
b. Tak mengacuhkan kabar yang didengar, tetapi di iringi dengan ketenangan serta pikiran sehat.
c. Tidak takut didepankan
d. Tidak takut dibelakangkan
e. Tidak takut melihat musuh
f. Dijadikan perisai oleh Negara.
g. Tekun melaksanakan kewajiban.
h. Menjadi pembela terhadap orang yang berlaku sewenang-wenang
i. Menyegani, serta disegani pula oleh sesamanya manusia.
b. Tak mengacuhkan kabar yang didengar, tetapi di iringi dengan ketenangan serta pikiran sehat.
c. Tidak takut didepankan
d. Tidak takut dibelakangkan
e. Tidak takut melihat musuh
f. Dijadikan perisai oleh Negara.
g. Tekun melaksanakan kewajiban.
h. Menjadi pembela terhadap orang yang berlaku sewenang-wenang
i. Menyegani, serta disegani pula oleh sesamanya manusia.
Pesan dan pepatah tersebut di atas 
seyogianya bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, mengingat
 pola pikir masyarakat kita (BMMT) kini sudah tergerus oleh zaman akibat
 tidak adanya “penyaringan” dalam hal penerimaan budaya luar yang begitu
 kuat, hal itu diperparah oleh sebagian “pendidik” yang acuh tak acuh 
atau kurangnya pemahaman terhadap kearifan budaya sendiri sehingga 
proses transformasi kepada generasi penerus seolah-olah terputus.
Akibat kurangnya transformasi tersebut 
mau tidak mau generasi kini berusaha mencari pelarian untuk bisa 
dijadikan sebagai acuan akan pencarian jati dirinya. Makanya tak heran 
tindakan anarkis, pengrusakan, dan gejolak jiwa yang berlebihan pun tak 
terhindarkan. Roh dari filosofi WARANI pun hilang yang tinggal hanyalah 
WARANI ARIANGING (Keberaniannya bak angin yang tak menentu arahnya, 
kosong, tak ada tujuan). Hal tersebut senada dengan pepatah Bugis yang 
mengatakan MATEMUWA MAPATA’E MATEPI DUA TELLU MASSOLA-SOLLAE yang 
artinya mati jua yang tenang setelah mati dua atau tiga yang nekad 
(keberanian kosong/tak berdasar). Olehnya itu marilah secara sadar dan 
bersama-sama untuk senantiasa menjaga KEBERANIAN kita agar tetap selalu 
terjaga dan berada pada koridor yang benar, sehingga segala tindakan 
yang akan diperbuat bermanfaat bagi sendiri serta orang lain dan 
lingkungan sekitarnya.
Source : http://sempugi.org/awaraningeng-masagala-berani-itu-indah/ 
Penulis: Renaldi Maulana http://passompeugi.blogspot.com/2011/04/awaraningeng-masagala-berani-itu-indah.html
 
 




0 komentar:
Posting Komentar
=================================
- Berkomentarlah Yang Sopan
- Tidak Diperkenankan Memasukan Link Aktif Pada Isi Komentar
- Berkomentarlah Sesuai Dengan Content
=================================
Terima Kasih atas Kunjungan Anda.... ^_^